10 Fakta Neraca Dagang Indonesia Surplus

Sumber : economy.okezone.com

10 Fakta Neraca Dagang Indonesia Surplus – Badan Pusat Statistik (BPS) mencontohkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli mencatat surplus US $ 3,26 miliar. Surplus ini jauh lebih besar daripada bulan Juni, dibandingkan dengan defisit Juli 2019 sebesar $ 86 juta.

10 Fakta Neraca Dagang Indonesia Surplus

Sumber : economy.okezone.com

nbcaugusta – Dengan demikian, sejak Mei, Juni, dan Juli 2020, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.

Berdasarkan catatan, ekspor Indonesia Juli mencapai USD 13,73 miliar pada Juli 2020. Pencapaian ekspor ini meningkat 14,33% dari 12,03 miliar dolar AS pada Juni 2020. Sementara itu, mengalami penurunan 9,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sedangkan impor Indonesia pada Juli 2020 mencapai 10,47 miliar dollar AS. Dibandingkan dengan 10,76 miliar dollar AS pada Juni 2020, pencapaian ini turun 2,73%. Namun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, impor Indonesia turun 32,5%.

Berikut Fakta surplus perdagangan Indonesia yang dirangkum Okezone :

1. Neraca Dagang Surplus USD3,26 Miliar

Sumber : cnbcindonesia.com

BI mencontohkan, surplus perdagangan Indonesia pada Juli 2020 kembali surplus US $ 3,26 miliar, naik dari surplus bulan sebelumnya.

Bank Indonesia mencontohkan, neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2020 pulih dari surplus US $ 3,26 miliar, meningkat dari bulan sebelumnya yang surplus US $ 1,25 miliar.

Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh surplus neraca perdagangan nonmigas. Dengan demikian, surplus perdagangan Indonesia secara keseluruhan dari Januari hingga Juli 2020 mencatat surplus US $ 8,75 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan pencapaian defisit US $ 2,15 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan berperan aktif dalam menjaga ketahanan luar perekonomian Indonesia.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus meningkatkan ketahanan luar, termasuk soal neraca perdagangan.

Dari sisi komponen, surplus neraca perdagangan nonmigas pada Juli 2020 mencapai US $ 3,52 miliar, naik dari bulan sebelumnya US $ 1,36 miliar.

Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan ekspor nonmigas dan penurunan impor nonmigas yang disertai dengan melemahnya permintaan domestik.

Pertumbuhan ekspor terutama terjadi pada logam mulia, perhiasan / permata, lemak dan minyak hewani / nabati, kendaraan dan bagiannya, serta baja. Disisi lain, barang konsumsi dan bahan baku mangalami penurunan impor.

Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas tetap berada di angka 250 juta dolar AS, terutama disebabkan oleh kenaikan impor minyak mentah dan minyak sulingan.

Baca juga : Fakta Banjir dan Longsor di Sumatera, 12 Siswa Meninggal

2. Hattrick Surplus Nerava Dagang

Sumber : finance.detik.com

Surplus ekspor Indonesia hingga Juli 2020 mencapai USD 13,73 miliar, meningkat 14,3% dari Juni 2020, namun mengalami penurunan year-on-year sebesar 9,9%. Penurunan nilai ekspor tersebut disebabkan oleh penurunan ekspor migas sebesar 49,69%, dan penurunan ekspor nonmigas sebesar 5,87%.

Sedangkan nilai impor Juli 2020 sebesar 10,47 miliar dollar AS. Dibandingkan dengan bulan Juni atau setiap bulan pada tahun 2020, impor turun sebesar 2,7%, sedangkan penurunan tahun ke tahun sebesar 32,5%. Penurunan impor disebabkan oleh penurunan impor nonmigas sebesar 30,95%, dan impor migas turun sebesar 45,19%.

3. Ekspor Meningkat

Sumber : solopos.com

Suhariyanto, Kepala BPS, mengatakan ekspor Indonesia hingga Juni 2020 mengalami peningkatan. Ekspor Indonesia mencapai USD 13,73 miliar pada Juni 2020.

Suhariyanto mengatakan: “Dibandingkan dengan Juni 2020, ekspor kita sudah meningkat dan lebih besar dari Juli 2019 ketika kita mengalami defisit. Namun, Alhamdullilah mencatat surplus US $ 3,26 miliar. Sektor nonmigas kita dan gas bumi masih mendominasi,” Suhariyanto kata.

4. Nilai Surplus Paling Tinggi

Sumber : pendidikanekonomi.com

Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan sepanjang tahun 2020. Badan Pusat Statistik mencontohkan, surplus perdagangan tahun lalu sebesar 21,74 miliar dolar AS.

Jika melihat data BPS, nilai neraca perdagangan dalam satu tahun terakhir merupakan nilai tertinggi sejak 9 tahun lalu. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan melalui video conference, Jumat (15/1), “Jika kita kembali ke level tertinggi sejak 2011, maka pada 2011 surplus perdagangan kita mencapai 26,06 miliar dolar AS.”

Suhariyanto mengatakan, surplus neraca perdagangan dalam satu tahun terakhir didorong oleh nilai ekspor yang masih lebih besar dari nilai impor.

“Nilai ekspor sepanjang tahun 2020 sebesar 163,31 miliar dolar AS. Kemudian nilai impornya 141,5 miliar dolar AS,” jelas Suhariyanto, Jumat (15/1).

Meski nilai ekspornya lebih besar dari nilai impor, namun dibandingkan dengan nilai ekspor sepanjang tahun 2019, ekspor Indonesia pada tahun 2020 justru mengalami penurunan. Penurunan 2,61%.

Sementara itu, akibat penurunan impor barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal dalam satu tahun terakhir, nilai impor sepanjang tahun 2020 akan semakin menurun, yaitu penurunan year-on-year sebesar 17,34%.

5. Unggul dari Beberapa Negara

Sumber : ekonomi.bisnis.com

Yang membanggakan, angka surplus tersebut telah mencapai level tertinggi sejak 2011. Saat itu, surplus mencapai $ 26,06 miliar. Hasil surplus tahun 2020 diprediksi sangat awal.

Hasil laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Jumat (15/1/2021) membenarkan pencapaian tersebut. Badan tersebut merilis data impor dan ekspor 2020. Total nilai ekspor 163,31 miliar dollar AS. Diantaranya, impor US $ 141,65 miliar dengan surplus US $ 21,74 miliar. Alasan terjadinya surplus ini adalah karena neraca impor telah mengalami penyesuaian yang sangat besar. Pada saat yang sama, stopkontak tidak terlalu tertekan.

Tidak dapat disangkal bahwa Covid-19 telah melanda ekonomi negara mana pun. Termasuk Indonesia. Dalam hal ini, konsumsi negara terkait berada di bawah tekanan. Ini telah mengurangi permintaan produk dari negara lain. Namun warga negara ini patut bersyukur, tekanan ekspor Indonesia tidak begitu besar, hanya turun 2,61% per tahun (yearly). Sementara itu, koreksi impor terbesar adalah 17,34%.

Pada saat yang sama, perdagangan bulanan nasional berjalan dengan baik. Pada Desember 2020, surplus perdagangan mencapai US $ 2,1 miliar. Angka tersebut berdasarkan pencapaian ekspor sebesar 16,54 miliar dolar AS dan pencapaian impor sebesar 14,44 miliar dolar AS. Kinerja ekspor pada bulan Desember meningkat signifikan. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor meningkat 8,39%. Sedangkan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terjadi peningkatan sebesar 14,63%.

Menurut laporan BPS, pertumbuhan nilai ekspor dipengaruhi oleh pertumbuhan ekspor nonmigas yang mencapai hampir 17%. Penanggung jawab BPS Suhariyanto mengatakan: “Dengan ekspansi kegiatan manufaktur dan produksi yang mulai terlihat belakangan ini, diharapkan perkembangan positif ekspor bulanan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.”

6. Bukan Tanda Ekonomi Menguat

Sumber : cnbcindonesia.com

Ekonom inti Piter Abdullah memperkirakan surplus perdagangan menunjukkan aktivitas ekonomi sedang menurun. Tidak ada sinyal ekonomi yang kuat.

Dalam sebuah wawancara, Pitt mengatakan: “Mengingat surplus perdagangan lebih disebabkan oleh penurunan kegiatan produksi ekonomi, surplus perdagangan saat ini jelas bukan merupakan sinyal bahwa perekonomian Indonesia sedang menguat.”

Baca juga : 4 Fakta Soal Pajak Pulsa dan Token Listrik

7. Sudah Diperkirakan

Sumber : koran.tempo.co

Terkait kinerja impor dan ekspor yang dilansir BPS, Mendag Muhammad Lutfi sudah memperkirakan keadaan tersebut. Mendag mengakui kinerja impor dan ekspor akan mengalami sedikit penyesuaian.

Lutfi mengatakan dalam jumpa pers, Senin (11/1/2021): “Karena signifikansi kecil, kami melihat basisnya sudah sangat rendah, dan kami akan mengalami perbaikan signifikan pada 2021, terutama dalam hal impor dan ekspor.”

Meski dengan pertumbuhan positif, Lufi menilai kinerja impor dan ekspor akan sangat bergantung pada distribusi vaksin Covid-19 di Indonesia dan negara lain. Lutfi juga mengatakan, setelah vaksinasi Covid-19 dilakukan, perekonomian akan pulih. Wajar saja, Menteri Perdagangan Mohammed Lutfi memiliki keraguan tentang hal ini. Ia tentu memiliki dasar yang kokoh, sehingga prediksinya tidak luput dari laporan BPS. Selain itu, salah satu indikasinya adalah membaiknya kinerja manufaktur yang tercatat melalui data Purchasing Managers Index (PMI) yang dikeluarkan HIS Markit.

Dalam beberapa bulan terakhir, indeks manufaktur terus meningkat, dan hingga akhir bulan lalu telah melampaui level 51,3. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi. Menumbuhkan sikap yang sangat optimis harus terus berperan. Namun, negara ini harus tetap waspada. Pasalnya, pandemi Covid-19 belum berakhir.

Jumlah kasus aktif terus meningkat. Jumlah kasus Covid-19 yang dikonfirmasi pada Senin (18/1/2021) meningkat 9.086. Jumlah positif 917.015, 745.935 pulih, dan korban tewas mencapai 26.282. Situasinya pasti mengkhawatirkan. Bahkan pada Jumat (15/1/2021), kasus baru di Tanah Air mencatat rekor, yakni 12.818. Jumlah kasus meningkat karena jumlah spesimen yang diuji sangat banyak, hampir dua kali lipat dari target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih dari 38.500 tes per hari. 72.957 sampel yang direkam diuji.

Dalam keadaan seperti ini, orang memiliki harapan yang tinggi. Pemulihan ekonomi terus berkembang ke arah yang positif, dengan dukungan pulihnya permintaan global dan meningkatnya harga berbagai komoditas seperti minyak sawit mentah, kegiatan impor dan ekspor dalam negeri yang sedang meningkat.

8. Tanggapan BI

Sumber : republika.co.id

Onny Widjarnako, Direktur Eksekutif BI Komunikasi, mengatakan Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan sebagai kontribusi positif untuk menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Onni mengatakan: “Ke depan, Bank Indonesia akan terus meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan.”

10. Positif atau Tidak Bagi Indonesia?

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartato mengatakan, situasi ini menunjukkan Indonesia mengalami surplus perdagangan selama tiga bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

“Dalam pandemi kali ini, ini hal yang sangat positif. Hal lain yang menggembirakan adalah, tepatnya surplus perdagangan Juli 2020 merupakan level tertinggi sejak 9 tahun lalu atau Agustus 2011. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto (Airlangga Hartarto) mengatakan di Jakarta.